KEARIFAN LOKAL MALANG, JAWA TIMUR
Sumber: https://id.pinterest.com/pin/502010689685940105/ |
Kota Malang adalah salah satu Kota
yang berhawa dingin di Indonesia. Bumi Arema atau sebutan Kota Malang menyimpan
berbagai kekayaan seni dan budaya bangsa yang luar biasa. Mulai dari
makanannya seperti Bakso, Keripik Tempe dan Apel Malang.
Selain itu hawanya yang sejuk
seperti penjelasan awal tadi. Walaupun sekarang hawa Malang sudah sedikit
panas, tapi citra itu masih ada dibenak setiap orang ketika pertama kali
mendengar kata Malang.
Disamping dua hal tadi Malang
juga terkenal dengan budaya dan kerajinannya seperti, Topeng Malangan, Keramik
Dinoyo, Tari Malangan, Jarang Kepang atau Bantengan. Bangunan tuanya juga
tak kalah menggoda, seperti Tokok Es Krim “Oen”, Gereja Kayu Tangan, Rumah
Makan Inggil dan lain-lain.
Dan wisata sejarah yang tak kalah
menariknya adalah mengunjungi candi-candi yang ada. Malang juga disebut sebagai
kota seribu candi. Karena Berbagai candi ada di Kota ini, mulai dari Candi
Singosari, Candi Badut, Candi Sumberawan dan lain-lain.
Yang paling terakhir, ciri khas
Malang sekali adalah bahasa Walikan. Dimana biasanya para penduduk asli Malang
suka menggunakan bahasa walikan. Bahasa walikan adalah bahasa yang
dibolak-balik seperti makan jadi nakam dan lain-lain.
Di Kota Malang terdapat seni
pemahatan topeng yang asli bercirikan khas Malang. Berdasarkan beberapa catatan
sejarah menyebutkan bahwa Topeng Malang adalah sebuah kesenian kuno yang
usianya lebih tua dari keberadaan Kota Apel ini. Topeng ini pun sudah
diperkenalkan sejak zaman kerajaan Gajayana kala itu. Para pemahat Topeng
Malangan sudah turun temurun sampai sekarang, walaupun jumlahnya tidak terlalu
melonjak banyak. Pada jaman dulu apresiasi pada Topeng Malang ini diwujudkan
dengan bentuk pertunjukan saat ada acara tertentu seperti pernikahan,
selamatan, dan hiburan pejabat tinggi kala itu.
Topeng Malang sedikit berbeda
dengan topeng yang ada di Indonesia, dimana corak khas dari pahatan kayu yang
lebih kearah realis serta menggambarkan karakter wajah seseorang. Ada banyak
ragam dari jenis Topeng Malang yang dibuat seperti karakter jahat, baik,
gurauan, sedih, kecantikan, ketampanan, bahkan sampai karakter yang sifatnya
tidak teratur.
Sajian ini nantinya
dikolaborasikan dengan tatanan rias dan pakaian untuk memainkan sebuah
pewayangan atau cerita tertentu menggunakan Topeng Malang. Perkemgbangan saat
ini Topeng Malang sudah dapat dinikmati dalam bentuk drama, ada yang
menceritakan tentang sosial dan humoran.
1.
Tari Topeng Malangan
“Tari Topeng Malang”
dapat diartikan sebagai gerakan badan yang berirama dengan diiringi bunyi - bunyian
dengan menggunakan penutup muka yang menyerupai muka orang. Tari ini murni
berasal dari Malang.
Kedungmonggo sebagai sebuah dusun
di kaki gunung Kawi merupakan salah satu kantong persebaran seni budaya tari
topeng Malang. Kondisi daerah Malang secara eksternal juga didukung dengan
polesan konstruksi budaya Hindu Jawa di lokasi sekitar dusun Kedungmonggo mengingat
akar sejarah kemunculan tari topeng adalah hasil ritual kebudayaan Hindu.
2.
Bahasa Walikan
Bahasa Walikan Malang berasal
dari pemikiran para pejuang tempo doeloe yaitu kelompok Gerilya Rakyat
Kota (GRK). Bahasa khusus ini dianggap perlu untuk menjamin kerahasiaan,
efektifitas komunikasi sesama pejuang selain juga sebagai pengenal identitas
kawan atau lawan. Jaman penjajahan, banyak pasukan Belanda yang menyusup
menjadi mata-mata didalam kelompok pejuang Malang. Mata-mata ini banyak yang
mampu berkomunikasi dalam bahasa daerah dengan tujuan menyerap informasi dari
kalangan pejuang GRK. Seorang tokoh pejuang Malang pada saat itu yaitu Pak
Suyudi Raharno mempunyai gagasan untuk menciptakan bahasa baru bagi sesama
pejuang sehingga dapat menjadi suatu identitas tersendiri sekaligus menjaga
keamanan informasi. Bahasa tersebut haruslah lebih kaya dari kode dan sandi serta tidak terikat pada aturan tata bahasa baik itu
bahasa nasional, bahasa daerah (Jawa, Madura, Arab, Cina) maupun mengikuti istilah yang
umum dan baku. Bahasa campuran tersebut hanya mengenal satu cara baik
pengucapan maupun penulisan yaitu secara terbalik dari belakang dibaca kedepan.
3.
Bangunan Tua Bersejarah
Kawasan Ijen, siapa yang tidak kenal dengan tempat itu, karena itu telah menjadi
salah satu trade mark Kota Malang. Bangunan Kunonya yang tertata rapi
dan juga jalannya yang membuat nyaman berkendara ataupun untuk berjalan kaki.
Sayang saat mulai di renovasi dan diubah ke bangunan yang lebih modern.
Di Kota Malang selain Kawasan Ijen terdapat banyak sekali bangunan tua, seperti Toko
Es Krim Oen, Gereja Kayu Tangan, Rumah Makan Inggil, Wisma Tumapel, Balai Kota
dan lain-lain. Tapi sekali lagi sayangnya banyak yang tidak terawat. Karena
itikad dari Pemkot untuk melestarikannya sangat kurang. Jika bangunan kuno
tersebut kalau bisa dilestarikan akan semakin menarik minat para wisatawan
local maupun wisatawan asing.
4. Candi-candi di Malang
·
Candi Singosari
Salah satu peninggalan bersejarah di Malang adalah
candi Singosari. Dikenal juga dengan candi Kendedes, dibangun untuk menghormati
Raja Kertanegara, raja terakhir kerajaan Singasari yang meninggal tahun 1292. Didirikan
tahun 1300 bersamaan dengan diselenggarakannya upacara shrada ditempat ini.
Ciri khas candi singasari adalah dua arca raksasa Dwarapala, yang diyakini
sebagai penjaga istana.
·
Candi Jago
Candi jago atau jajaghu didirikan
antara tahu 1275 – 1300 M. dipercaya sebagai tempat penguburan abu raja
Wisnuwardhana, raja ke 4 Singhasara. Memiliki hiasan ornamen yang indah,
identik dengan candi penataran di Blitar. Terletak di desa Jago kec Tumpang
sekitar 22 km arah timur kota Malang.
·
Candi Kidal
Candi Kidal memiliki tinggi 17 meter, namun sekarang
tinggal sekitar12,5 meter. Memiliki pondasi persegi empat, dengan pintu candi
menghadap ke timur. Diatas pintu candi terdapat kepala raksasa dan singa dan
memiliki ornamen cuplikan kisah mahabharata. Candi ini terletak di desa Rejo
Kidal kec Tumpang, sekitar 24 km arah timur Malang.
·
Candi Badut
Candi Badut terletak di Dukuh Gasek, Desa Karang
Besuki, Kesamatan Dau, Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur. Candi Badut
terletak di kaki Gunung Kawi. Candi Badut diyakini adalah peninggalan
Prabu Gajayana, penguasa kerajaan Kanjuruhan sebagaimana yang termaktub dalam
prasasti Dinoyo bertahun 760 Masehi. Dapat ditempuh dengan kendaraan umum
jurusan Tidar. Candi ini diperkirakan berusia lebih dari 1400 tahun dan
diyakini adalah peninggalan Prabu Gajayana, penguasa kerajaan
Kanjuruhan sebagaimana yang termaktub dalam prasasti Dinoyo bertahun
760 Masehi.
Kata Badut di sini berasal dari bahasa sansekerta
“Bha-dyut” yang berarti sorot Bintang Canopus atau Sorot Agastya. Hal itu
terlihat pada ruangan induk candi yang berisi sebuah pasangan arca tidak nyata
dari Siwa dan Parwati dalam bentuk lingga dan yoni. Pada bagian dinding luar
terdapat relung-relung yang berisi arca Mahakal dan Nadiswara. Pada relung
utara terdapat arca Durga Mahesasuramardhini. Relung timur terdapat arca
Ganesha. Dan disebelah Selatan terdapat arca Agastya yakni Syiwa sebagai
Mahaguru. Namun diantara semua arca itu hanya arca Durga Mahesasuramardhini
saja yang tersisa.
·
Candi Sumberawan
Candi Sumberawan hanya berupa
sebuah stupa, berlokasi di Kecamatan Singosari Malang. Dengan jarak sekitar 6
km dari Candi Singosari. Candi ini Merupakan peninggalan Kerajan
Singhasari dan digunakan oleh umat Budha pada masa itu. Candi
Sumberawan terletak di desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang,
+/- 6 Km, di sebelah Barat Laut Candi Singosari, candi ini dibuat dari batu
andesit dengan ukuran P. 6,25m L. 6,25m T. 5,23m dibangun pada ketinggian 650
mDPL, di kaki bukit Gunung Arjuna. Pemandangan di sekitar candi ini sangat
indah karena terletak di dekat sebuah telaga yang sangat bening airnya. Karena
itulah disebut Candi Sumberawan.
5. MAKANAN KHAS KOTA MALANG
·
KERIPIK TEMPE
Jajanan khas
malang yang menggugah selera. Jajanan yang terbuat dari kedelai ini bernama
“tempe”. Selain tidak menimbulkan efek samping jika mengkonsumsinya, jajanan
ini terkenal merakyat. Jajanan ini bisa di konsumsi siapa saja tidak mengenal
kalangan, yup karena harganya yang tidak menguras kantong. Karena warga malang
sangat kreatif dia menyulap tempe menjadi “keripik tempe” yang menjadi andalan
kota Malang.
·
ES PISANG IJO
Kini selera
makan masyarakat Indonesia makin beragam. Tidak melulu makanan londo cepat saji
yang sekarang kian merebak, penikmat kuliner juga mulai melirik makanan
tradisional Nusantara. Salah satunya adalah pisang ijo asal Makassar, Sulawesi
Selatan. Yang sekarang mulai merebak di kawasan kota Malang tercinta. Kalau
sudah berkunjung ke kota Malang tapi tidak mengincipi jajanan satu ini rasanya
kurang lengkap. Menu makanan dengan bahan dasar pisang berbalut tepung
berwarna hijau ini sangat menggugah selera. Di daerah Malang jajanan es pisang
ijo oni tersaji dalam berbagai aneka rasa. Dari pisang ijo tradisional
dikembangkan dengan campuran vla ditambahkan dengna berbagai rasa vanila, keju,
hingga durian. Di bandingkan dengan dengan es pisang ijo makassar yang hanya
dibungkus terigu berwarna hijau pandan plus lumuran vla ditambah sirup sebagai
pemanis es pisang ijo malang memiliki varian rasa yang lebih menggugah selera
dan lebih unik.
·
BAKSO KHAS MALANG
Bakso Cak Kribo
adalah salah satu bakso yang telah banyak dikenal di kota Malang. Rasa yang
begitu khas dan berbeda dari yang lain adalah salah satu keunggulan bakso ini
sehingga selalu banyak pelanggan. Dengan bumbu rahasia turun temurun, bakso Cak
Kribo mampu menyajikan masakan bakso khas kota Malang yang sangat enak dan pas
dengan segala kondisi cuaca kota Malang. Selain menyajikan masakan bakso khas kota
Malang, warung bakso Cak Kribo juga menyajikan mie ayam dengan cita rasa
tinggi. Rasa mie ayam begitu gurih dan nikmat sehingga tidak membuat cepat
bosan bagi yang menikmatinya. Saat ini bakso Cak Kribo memiliki beberapa cabang
di kota Malang atau kota Batu. Diantaranya di pusat kota Batu, jalan
Landungsari, dan jalan Aris Munandar (belakang Ramayana). Pusat baksi Cak Kribo
ada di jalan Terusan Borobudur no.11 tepatnya di depan karaoke studio I.
Angkutan umum yang melewati adalah LIN ABG. Anda bisa menghubungi di nomor
telepon 081 252 335 557.
6.
BANTENGAN
/ JARAN KEPANG
Bantengan berasal
dari kata “Be-Banten” dengan pengartian “be” sebagai kerukunan dan “banten”
sebagai menyembelih. Bantengan menurut istilah dapat diartikan dengan
beban yang ringan, karena kerukunan. Dalam suatu kebudayaan terdapat beberapa
unsur kebudayaaan yaitu: peralatan dan perlengakapan hidup manusia, mata
pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi, sistem kemasyarakatan,bahasa,
kesenian, system pengetahuan, religi. Dari unsur
tersebut Bantengan pastilah masuk dalam unsur kebudayaan kesenian.
Kesenian bantengan merupakan
kesenian komunal yang melibatkan banyak orang didalam setiap pertunjukannya.
Seperti halnya sifat kehidupan hewan banteng, yaitu hidup berkelompok (koloni),
kebudayaan bantengan ini membentuk perilaku masyarakat yang
menggelutinya untuk selalu hidup dalam keguyuban, gotong royong dan menjunjung
tinggi rasa persatuan kesatuan.
Seni tradisional bantengan, merupakan
sebuah seni pertunjukan budaya tradisi yang menggabungkan unsur sendratari,
olah kanurangan, musik, dan syair (mantra) yang sangat kental dengan nuansa
magis. Pemain bantengan yakin bahwa permainannya akan semakin menarik
apabila telah masuk tahap trance yaitu tahapan pemain pemegang
kepala bantengan menjadi kesurupan arwah leluhur banteng (Dhanyangan).
Setiap grupbantengan minimal mempunyai dua bantengan seperti
halnnya satu pasangan yaitubantengan jantan dan betina.
Seperti halnya di daerah lain di
seluruh Nusantara, kesenian tradisional adalah salah satu bentuk identitas dari
daerah yang bersangkutan. Begitu juga halnya dengan Bantengan, meskipun sampai
sekarang belum ada kajian ilmiah yang menguatkan tentang awalmula lahirnya seni
tari Bantengan ini. Namun yang pasti, Kesenian yang lahir dari basis
ilmu silat ini hanya ada di wilayah Malang raya, utamanya di Poncokusumo,
Tumpang, dan Kota Batu. Tak ketinggalan, kota di sekitar juga
mengenal budaya Bantengan, seperti Kediri, Probolinggo dan Pasuruan, namun
setiap daerah memiliki ciri khasnya sendiri-sendiri.
Setiap acara
dalam bantengan terdapat pembukaan yang harus dilakukan untuk meminta
doa restu dan pamit, agar diberi kelancaran acara oleh Allah SWT. Bantengan
identik dengan pihak ketiga maka dalam pembukaan mulailah mengeluarka
mantra-mantra untuk pihak ketiga agar ikut serta.
Setelah menyelesaikan
matra-mantra dan doa, dimulailah pertunjukan yang diawali dengan pencak silat,
kemudian keluarlah banteng, macan serta monyet untuk menampilkan pertunjukan
mereka yang dibantu oleh pihak ketiga.
Saat penutup, para pendekar
mengucapkan terimakasih, dan memohon maaf atas kesalahan kepada para penonton,
dan leluhur dan tak lupa pihak ketiga dalam penutupan di kembalikan ke
tempatnya.
·
Ritual pembukaan
Dalam ritual
pembukaan bantengan tak lepas dari banyak instrumen, dan instrument terpenting
adalah bebauan kemenyan atau dupa. Dan sesajianpun harus di
sediakan dalam acara pembukaan ini, namun tidak disyaratkan untuk memenuhisesandhingan dengan
sesajian daun sirihpun pertunjukan dapat dilaksanakan. Hal tersebut tergantung
kepercayaan para pendekar masing-masing.
Mantra ataupun doa
dalam bantengan mempunyaiciri khas masing-masing bagi berbagai
pemeluk agama. Untuk yang beragama islam maka menggunakan mantra berbahasa
arab, untuk agama kejawen maka menggunakan bahasa jawa, dengan inti ”karena
Allah semoga acara ini berjalan lancar dan baik dan tidak ada kendala apapun”.
Tempat khusus untuk melakukan
ritual pembukaan yang dijuluki “pepundhen” yaitu tempat sesepuh dan leluhur,
misalkan seseorang yang membuat desa tersebut maka beliaulah sebagai leluhur
dan sesepuh. Maka untuk ritual pembukaan atau berpamitan, dianjurkan untuk
berpamitan di tempat sesepuh di semayamkan.
Gamelan merupakan alat musik yang
wajib ada untuk pertunjukan, tak lupa dengan jidor dan ketipung. Sesaji juga
memiliki makna simbolis dan memiliki sifat mistis. Adapun dalam bantengan
terdapat bagian-bagian sesaji yang terkandung didalamnya:
·
Pisang setangkep: merupakan sebuah symbol dari
tingkah laku manusia
·
Kelapa: lengkap
·
Jambe soroh: yang dalam kiroto boso adala “kesusu
selak pingin eroh” yang digunakan untuk member jamuan terhadap leluhur mereka
karena semasa hidupnya mereka suka mengunyah sirih
·
Dupo: berasal dari kata usodo yang berarti obat,
sedangkan apabila dilihat sesuai dengan materialnya yakni pring berasal dari
kendel ileng yang berarti bahwa setiap manusia harus ingat dengan tuhan YME
serta nenek moyang mereka yang berada dia alam roh sunyi. Asap dupa atau kukus
merupakan symbol dari kekuasaan dari Tuhan (dilihat ari asapnya yang selalu
terbang keatas). Serta mengungkapkan do’a yang diinginkan.
·
Minyak wangi: atau sesuatu yang berbau harum,
namun terkadang dalam setiap sesaji terdapat sekar tigan atau bunga tiga warna
·
Endok: telur, sebagai simbol tri tunggal (kulit,
putih telur, dan kuning telur) dimana kulit mewakili kehidupan di dunia,
sedangkan putih telur alam (air, tanah, api, udara, tumbuh-tumbuhan) dam kuning
telur yang menempati. Memanfaatkan alam (hewan dan manusia)
·
Badrek: fermentasi air ketan hitam, yang
berwarna hitam, menyimbolkan bahwa manusia seharusnya melakukan sifat
andhap-ashor seperti warna bayangan manusia
·
Do’a: merupakan kalimat atau ucapan yang
menyimbolkan harapan, tujuan serta keinginan kepada tuhan Yang Maha Esa
·
Duwik: uang, sebagai bekal untuk roh-roh
suci(pesangon) dialam roh sunyi
·
Petek ingkung: ayam jantan, yang dimasak utuh
sebagai symbol ayem atau kedamaian, serta sebagai ucapan syukur kepada roh-roh
suci yang diundang dan mengawal pagelaran seni tradisional batengan/jaranan.
Seperti halnya pembukaan, di intipun tetap harus diiringi oleh musik
gamelan, jidor dan ketipung. Bantengan tidaklah sama dengan reog yang mempunyai
naskah drama yang tertata rapi. Namun bantengan murni atraksi, tidak mempunyai
unsur cerita. Dalam pertunjukan banteng kadang kala kita melihat ada binatang
lain, seperti macan dan monyet. Binatang-binatang ini mempunyai filosofi
tersendiri, seperti halnya banteng yang melambangkan kebijaksanaan yang
berdasar dari rakyat, sedangkan macan melambangkan angkara murka, dan monyet
melambangkan iri dengki.
Dalam
pertunjukan banteng biasanya hanya terdapat atraksi yang dilakukan monyet
memprovokasi dan mengadu domba antara macan dan banteng, sehingga banteng dan
macanpun beradu sampai akhir pertunjukan dengan macam-macam gerakan gerakan
sesuai aturan-aturan budaya bantengan sesuai daerah. Bantengan
membutuhkan beberepa ornamen yaitu:
1. Tanduk
(banteng, kerbau, sapi dan lainnya).
2. Kepala
banteng yang terbuat dari kayu ( waru, dadap, miri, nangka, loh,
kembang).
3. Mahkota
Bantengan, berupa sulur wayangan dari bahan kulit atau kertas.
4. Klontong
(alat bunyi di leher).
5. Keranjang
penjalin, sebagai badan (pada daerah tertentu hanya menggunakan kain
hitam sebagai badan penyambung kepala dan kaki belakang).
6. Gongseng
kaki.
7. Keluhan
(tali kendali).
Dalam
menjalankan pertunjukannya bantengan memerlukan pelengkap:
1.
Dua orang Pendekar pengendali kepala bantengan
(menggunakan tali tampar)
2.
Pemain Jidor, gamelan, pengerawit, dan sinden.
Minimal 1 (satu) orang pada setiap posisi
3.
Sesepuh, orang yang dituakan. Mempunyai
kelebihan dalam hal memanggil leluhur Banteng
4.
Dhanyangan yaitu leluhur bantengan
5.
Pamong dan pendekar pemimpin yang memegang
kendali kelompok dengan
6.
Minimal ada dua Macanan dan satu Monyetan
sebagai peran pengganggu bantengan.
Setelah dirasa
cukup untuk memainkan banteng tersebut acara yang terakhir yaitu penutupan.
Penutupan ini ialah mengembalikan makhluk halus tersebut. Menurut bapak
Muslimin ada dua cara untuk mengembalikan makhluk halus tersebut dan
menyadarkan si pemain bantengan itu, jika menurut islam cukup dibacakan
syahadad tiga kali, sholawat tiga kali dan takbir tiga kali pada telinga pemain
banteng tersebut kemudian akan kembali seperti sedia kala. Jika menurut jawa
cukup dibacakan aksara jawa namun membacanya dari belakang dahulu. Intinya
acara penutupan tersebut merupakan bentuk terimakasih atas kedatangan yang di
undang, dan memohon maaf apabila ada kesalahan bagi yang mengundang atau yang
menonton bantengan tersebut. Berisi saran agar tidak kerasukan. Kemudian berdoa
pada Tuhan agar diberi keselamatan.
7. Adat Kemanten Malang Keprabon
Tata rias
Pengantin Malangan Keprabon dengan segala tata cara upacaranya sangat unik dan
mempunyai nilai budaya tinggi. Dengan perkembangan dan teknologi moderen
sekarang ini diharapkan generasi penerus tetapi memelihara nilai-nilai budaya
yang terkandung dalam kebudayaan kita.
UPACARA ADAT: Tata cara upacara adat Pengantin Malang
Keprabon meliputi:
Mlapati: mencari jodoh untuk putranya;
Ngetutake Balung Pisah/Nontoni: menyaksikan dari dekat
calon yang ditentukan sebagai calon jodoh pertamanya;
1.
Melamar;
2.
Peningsetan;
3.
Penentuan hari;
4.
Pasang Terob;
5.
Pingitan;
6.
Siraman;
7.
Meratus Rambut;
8.
Ngetepi (Ngerik);
9.
Manggulan;
10.
Tebusan Kembar Mayang;
11.
Upacara Jomblokan atau Rampak dan Ijab/Nikah;
12.
Temu Pengantin;
13.
Resepsi.
Kesimpulan
Kebudayaan daerah apabila diterjemahkan secara bebas dapat diartikan
nilai-nilai budaya yang baik yang ada di dalam suatu masyarakat. Hal ini
berarti, untuk mengetahui suatu kebudayaan lokal di suatu wilayah maka kita
harus bisa memahami nilai-nilai budaya yang baik yang ada di dalam wilayah
tersebut. Sebenarnya nilai-nilai budaya lokal ini sudah diajarkan secara turun
temurun oleh orang tua kita kepada kita selaku anak-anaknya. Sudah selayaknya,
kita sebagai generasi muda mencoba untuk menggali kembali nilai-nilai
kebudayaan yang ada agar tidak hilang ditelan perkembangan jaman.
Komentar
Posting Komentar